Selembar Surat di atas Meja Kaca

Oleh : Perempuan di Keheningan

Selembar Surat di atas Meja Kaca - Kupinjam temaram rembulan untuk menerangi ruang sunyi, di ketika ku tuliskan surat tanpa sampul ini. Seperti Engkau tahu, serupa malam-malam sebelumnya, betapa mata enggan terpejam pada sebab yang entah.

Kembali ku tatap teduh wajahmu, terbingkai manis diatas meja samping kuberbaring. Masihkah dapat kutemukan kelakar kita yg tersisa di ujung taman kotamu sekembaliku nanti? [tanyaku membatin],ataukah telah tersapu rerintik hujan senja tadi. Ah,senyummu tak melampirkan jawab, Kudekap.

Memang benar katamu, biarkan segalanya mengalir seperti air. Namun masih saja aku sering mengumpati jarak dan waktu yang kuyakini menjerujikan langkah hatiku. Padahal tidak demikian, seandainya saja aku mampu mengedepankan keikhlasan. Aku mencoba mengingat lagi, kapan sejatinya langkah awal kaki kecil kita mulai beradu, menyimpul di satu titik temu, menjabatkan keresahan-keresahan kita pada sebuah sua yang senyap. Mengikatkan rasa dalam detik-detik yang hening, [hanya lamun berujung senyum, sebuah isyarat ingat]. Sungguh, masih tak kudapati kekuatan untk ku beringsut, dari penggalan kisah kita. Dalam tempo yang tak terbilang, entah sampai kapan. Bahkan lukisan-lukisan yang pernah kita warnai dengan pulas-pulas hati di musim itu, tetap menempel didinding kamarku.

ah Engkau...beginikah caramu merenggut harihariku ? [ d i a m ] Sebentar pagi akan menyambangi, baiknya kusudahi dulu. Ku tinggalkan lembaran ini diatas meja kaca, semoga terbaca pada jeda mu.

*dari Chandra tanpa Cahaya ; teruntuk sebuah jiwa yg teduh Angga. 

0 comments :

Post a Comment