Maafkanlah aku...

Maafkanlah aku yang tak dapat menjaga kunci ini 
Oleh : Agus Abdullah Nafarin


Dua matahari sudah terlewatkan, dan aku masih tetap menyimpan kunci mu --- dalam saku hatiku. Aku tahu kau pun sama, tapi selama ini tak satu pun diantara kita yang mau membuka pintu dan jendela. Mungkin udara tak sanggup menterjemahkan keluh kita, hingga api itu tiada nyala. Dan yang ada hanya kesan gelap menakutkan, dari api yang mulai menghitam.

Tahukah kau ?. Cerminku tak mampu untuk membuang kenyataan. Kau ada dalam benakku --- dalam hari-hariku. Namun aku ragu menghadapkannya, karena kau tertangkap terbitkan rindu. Ya, rindu --- rindu  yang titipkan duri dan perihkan hati. Dan hanya ketika tidurlah cerminku dapat menangkap bayangan bahagia antara kau dan aku.

Dan tahukah kau ?. Aku rela kau ada dalam urat darahku, tapi aku tak sanggup menepis renjana hatiku , “Aku cemburu”. Dan rawanku selalu membawaku pada kenyataan, “apimu telah menghitam”.
Aku takut tersesat dalam kegelapan jiwa. Dan aku tak ingin kehilangan aroma bunga. Seperti saturnus yang bercincin semu, tiadalah  hayat didalamnya.

Dan lagi, tahukah kau ?. Betapa tiada celah rawan itu menyelimuti hari-hariku. Rantai-rantainya yang kokoh membelenggu jiwaku. Ia menjadi benalu yang membingkai cerminku. Dan ia rabuk yang menggerogoti akalku yang baunya menusuk-lukakan dinding-dinding sadarku.

Namun yang ku harap !. Aku dapat mengubah bait rasaku menjadi untaian kata. Dan kunyanyikanlah ia lewat bunga,   sedang engkau terbang rendah mengitarinya.

Akhirnya dengan menggemakan nama-Nya yang sarat cinta.  Aku minta:  maafkanlah aku yang tak dapat menjaga kunci ini. Dan ku ucapkan untukmu: demi “Ar-Rum” yang menyatukan iklaslah jiwa jika kau bersemayam, dan demi “Al-Qamar” yang menentukan semoga rantai-rantainya putus dengan iradah Tuhan.

0 comments :

Post a Comment