Kerinduanku !


Duhai, asmaraku yang senantiasa memelukku dalam rasa mendendam rindu…
Jeritan hatimu telah sampai kepadaku hari ini. Dan enam puluh purnama telah kulalui dengan setiap kali mencoba membasuh sakitnya sayatan kerinduan hatiku ini. Dengan apa yang engkau kirimkan pada setiap amplop putih ini. Duhai, penyembuh luka hatiku….menemukan bahwa engkaupun memerih luka kerinduan yang sama denganku, cukuplah itu menguatkan hati tuk menjalani hari-hariku.

Lihatlah,..telah kutumbuhkan pohon kerinduan kita berdua, yang semakin besar dari purnama demi purnama. Sebuah pohon putih semata, yang batang dan dahannya putih serta rantingnya terus tumbuh menjari. Yang dedaun putihnya terus terlahir pucuk hingga mengipas menaungi. Yang kerimbunan daunnya tiba-tiba ramai gemerisik meski tak ada angin yang mencandai, setiap kali amplop putih yang engkau kirimkan datang seperti hari ini. Pada setiap hari keempatbelas, pada setiap hari purnama. Dahannya menjulur mendekati jendela dan jari-jari ranting tak sabaran mengetuk-ngetuk kaca. Seakan pohon itu tahu…seakan pohon itu sama merindu.. dan ranting serta daun rimbunnya saling berbisik dalam ramai gemerisik…

Kerinduanku !… Kerinduanku !…”


0 comments :

Post a Comment